Nasihat dari bapak
#DiaryEli
Sepertinya ia takkan lelah menasehati putri bungsunya.
Sepertinya ia takkan berhenti berbagi pengalaman hidupnya, terutama dalam kehidupan setelah menikah.
Dalam hal memilih pasangan, aku selalu meminta saran darinya. Aku selalu tunjukkan foto lelaki yang aku ingin, tapi ia tak pernah mengijinkan.
Sampai pada titik, aku memutuskan untuk memilih lelaki pilihannya. Dan dia adalah lelaki yang sempat menjalani hubungan lama denganku sebelum akhirnya berpisah dan kembali lagi.
Alasan mengapa aku memilih keputusannya adalah karena bapak tak pernah salah dalam mengambil keputusan untukku. Sebab itu, aku berani menerima dirinya kembali. Aku berani memutuskan untuk tak perlu mencari lagi. Dalam hal pencarian dan banyak pilihan, manusia takkan pernah puas. Katanya.
Maka sudah beberapa hari ini aku duduk bersamanya, mendengarkan apa yang ia sampaikan. Pun, bapak seringkali menasehatiku perihal kehidupan setelah menikah. Sepertinya ia sudah mengetahui bahwa putri yang dicintainya kini sudah siap memikul tanggungjawab. Tak hanya untuk diri sendiri. Melainkan bersama lelaki yang seperti dirinya. Tapi, aku yakin bapak takkan mudah untuk melepaskanku untuk saat ini. Begitupun aku. Meski sudah siap secara lahir dan batin, tapi aku juga masih ingin hidup bersama bapak. Meski entah kapan, aku akan menjalani kehidupan dengam pribadi yang berbeda karakternya denganku.
Sebetulnya banyak sekali yang ia sampaikan dalam menasihatiku. Namun, dua hal yang paling penting menurutku: Mengalah dan menghargai.
Sebab, akan menjalani kehidupan berdua, maka jangan saling emosi diri. Tapi belajar mengalah. Jika saling egois, bagaimana kabar berumah tangga?
Sebab, akan menjalani kehidupan berdua, maka harus bisa untuk saling menghargai privasi diri. Saling menjaga.
Katanya pula, jika pasanganku mendapat hasil yang tak sesuai diharapkan, jangan dicaci, apalagi di maki. Tapi dukunglah ia sampai pada tujuan yang diharapkan. Karena lelaki yang paham tanggungjawab akan terus memberikan nafkah meski terkadang hasilnya tak sebanyak tetangga. Maka, hargai pasanganmu, jangan banding-bandingkan penghasilan suami sendiri dengan suami tetangga. Sebab, setiap orang berbeda caranya dalam menjemput rezeki. Maka, menghargai adalah cara terbaik.
Pun, akhir-akhir ini aku merasa emosiku lebih terkontrol. Mungkin, itu menjadi alasan mengapa bapak sudah berani untuk menasihatiku tentang kehidupan yang menanggung banyak konsekuensi.
Aku pun memahami, bahwa menikah adalah konsekuensi. Maka hiduplah bersama pasangan yang paham mengenai konsekuensi tersebut. Sebab, memutuskan berumah tangga itu tak mudah, maka hiduplah bersama pasangan yang siap berbagi kebahagiaan. Karena menikah itu bukan mencari kebahagiaan, tapi berbagi kebahagiaan.
Bapak, nasihatmu kini aku tulis dan aku abadikan di blogku. Agar jika aku lupa dan menemukan tulisan ini sedang dalam kondisi khilaf, aku tersadar kembali.
Aku harap, kau takkan lelah menasihatiku. Terimakasih pak, sudah berbagi dan menjadi teman ceritaku. Betapa bahagianya aku memiliki bapak sepertimu. Bahkan, menantu bapak saja bangga padamu.
Maka dengan ini aku memutuskan, aku akan terus berguru padamu. Karena kau adalah guru terbaik sepanjang hidupku. Semoga Tuhan selalu memberimu kesehatan dan kebahagiaan.
Comments
Post a Comment