Catatan untuk kita
Untuk KITA
------------------------
Suatu hari, ada seorang yang sudah berhijrah. Dan mungkin, mereka sudah yakin mengenal Islam secara kaffah (menyeluruh), merasa dirinya suci dan menganggap yang lain adalah makluk berdosa. Bukannya setelah hijrah mendo’akan, justru mendjudge mereka yang belum berhijrah.
.
.
Ini pengalaman saya pribadi, saat saya masih membuka aurat. Masih memakai baju pendek dan hanya menutup di bagian rambut saja, ada seorang perempuan yang sudah menutup auratnya datang kepada saya, dan dia mengatakan, “Percuma kamu menggunakan kerudung jika bajunya masih pendek. Niat menutup aurat gak sih?” dan banyak pula cibiran lainnya. Mungkin, maksudnya berdakwah. Lalu, bagaimana perasaan saya saat itu? Tentu sakit hati. Akan tetapi komentar mereka, saya hanya membalasnya dengan ucapan terima kasih.
.
.
Dan saat saya sedang duduk santai di alun-alun kota saya, ada dua perempuan berhijab syar’i dan melihat di sekitar ada yang masih membuka aurat dan pacaran secara terang-terangan. Dua perempuan itu datang kepada mereka dengan maksud mendakwahi.
“Mba, dalam Islam itu wajib menutup aurat. Kamu mau masuk neraka gara-gara gak menutup aurat?” dan penjelasan lainnya.
“Pacaran itu haram lho. Dan di dalam Islam gak ada pacaran, yang ada itu menikah. Lalu mereka mengeluarkan hadits yang intinya berisi, “Lebih baik ditusuk kepala seseorang dari pada menyentuh yang bukan mahramnya.” Semoga kalian segera bertaubat kepada Allah.”
Dan setelah mendatangi mereka dan dari jarak beberapa meter mereka melihat perempuan yang case nya sama, masih membuka auratnya, mereka mengatakan, “Astaghfirullah.. Cewek kok pake rok mini, pakaiannya gak sopan! Pantes aja banyak kasus pemerkosaan.”
.
.
Bukan saya menguping, namun karena jarak tempat duduk saya dan mereka hanya beberapa jengkal. Logika aja, kalo orang lagi asyik-asyiknya pacaran dan tiba-tiba kita menasihati mereka, yang masih membuka aurat dihubungkan dengan neraka dan membawa dalil, tentu gak akan berpengaruh. Justru mereka akan mengatakan bahwa diri kita orang yang gak jelas. Tidak salah juga jika mereka menganggap diri kita adalah “sok suci’. Saya pun pernah mengalami demikian.
Saya pun sepaham, jika dalam Islam tidak memperbolehkan pacaran dan membuka aurat. Maka, jika menurut kamu mereka belum berpakaian secara benar dan melakukan pacaran, seharusnya mendo’akan. Memang sih ada niat bagusnya untuk berdakwah, namun cara nya perlu diperbaiki. Coba lihat masa lalumu sebelum berhijrah, bukannya gak beda jauh dengan mereka? Apakah orang yang mendakwahimu menggunakan cara-cara yang demikian? Bukankah ada orang yang tak pernah lelah menasehatimu hingga akhirnya kamu memutuskan untuk berhijrah, memperbaiki masa lalumu? Dan bukankah akan membahayakan diri jika merasa sudah menjadi manusia yang baik?
.
.
.
Dear,
Saya tidak akan menyalahkan Islam. Sebab, sejatinya Islam tidak mengajarkan kita untuk menjudge, tidak mengajarkan kebencian. Saya juga tidak akan menyalahkan seorang yang berhijrah, sebab hijrah pun sebuah keharusan. Saya juga tidak akan menyalahkan dakwah, sebab dakwah adalah sebuah kewajiban, sebuah bentuk kecintaan. Namun, untuk berdakwah perlu cara yang tepat. Apakah Rasulullah jika mendakwahi seseorang tidak menggunakan strategi? Tentu menggunakan. Biar gak asal-asalan, dan mudah diterima. Rasulullah berdakwah menggunakan startegi saja masih banyak yang tidak menerima, apalagi jika dakwahnya dengan cara menghakimi seseorang?
.
.
Dear,
Maka mulailah mendakwahi dengan akal-pikiran. Dengan membuka cara pandang mereka secara perlahan. Karena tidak semua orang langsung menerima dakwah kita, ada juga yang membutuhkan proses panjang untuk menerima. Kenalilah mereka untuk mendakwahi. Dan jangan melepaskan doa-doa untuk mereka yang belum berhijrah. Bisa jadi mereka yang kamu judge dengan dakwahmu, menjadi manusia yang paling taat kepada Rabb nya. Sebab, hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati seseorang. Semoga yang sudah berhijrah, tetap istiqomah, tidak merasa suci dan menganggap yang lain berdosa. Yang belum berhijrah, mudah-mudahan Allah memudahkan jalan untukmu. Selamat berproses dan mari mendoakan satu sama lain, agar diri menjadi tenang. Salam ukhuwah...
Saudarimu: Eli Krisnawati, Teknik Informatika, 2C.
------------------------
Suatu hari, ada seorang yang sudah berhijrah. Dan mungkin, mereka sudah yakin mengenal Islam secara kaffah (menyeluruh), merasa dirinya suci dan menganggap yang lain adalah makluk berdosa. Bukannya setelah hijrah mendo’akan, justru mendjudge mereka yang belum berhijrah.
.
.
Ini pengalaman saya pribadi, saat saya masih membuka aurat. Masih memakai baju pendek dan hanya menutup di bagian rambut saja, ada seorang perempuan yang sudah menutup auratnya datang kepada saya, dan dia mengatakan, “Percuma kamu menggunakan kerudung jika bajunya masih pendek. Niat menutup aurat gak sih?” dan banyak pula cibiran lainnya. Mungkin, maksudnya berdakwah. Lalu, bagaimana perasaan saya saat itu? Tentu sakit hati. Akan tetapi komentar mereka, saya hanya membalasnya dengan ucapan terima kasih.
.
.
Dan saat saya sedang duduk santai di alun-alun kota saya, ada dua perempuan berhijab syar’i dan melihat di sekitar ada yang masih membuka aurat dan pacaran secara terang-terangan. Dua perempuan itu datang kepada mereka dengan maksud mendakwahi.
“Mba, dalam Islam itu wajib menutup aurat. Kamu mau masuk neraka gara-gara gak menutup aurat?” dan penjelasan lainnya.
“Pacaran itu haram lho. Dan di dalam Islam gak ada pacaran, yang ada itu menikah. Lalu mereka mengeluarkan hadits yang intinya berisi, “Lebih baik ditusuk kepala seseorang dari pada menyentuh yang bukan mahramnya.” Semoga kalian segera bertaubat kepada Allah.”
Dan setelah mendatangi mereka dan dari jarak beberapa meter mereka melihat perempuan yang case nya sama, masih membuka auratnya, mereka mengatakan, “Astaghfirullah.. Cewek kok pake rok mini, pakaiannya gak sopan! Pantes aja banyak kasus pemerkosaan.”
.
.
Bukan saya menguping, namun karena jarak tempat duduk saya dan mereka hanya beberapa jengkal. Logika aja, kalo orang lagi asyik-asyiknya pacaran dan tiba-tiba kita menasihati mereka, yang masih membuka aurat dihubungkan dengan neraka dan membawa dalil, tentu gak akan berpengaruh. Justru mereka akan mengatakan bahwa diri kita orang yang gak jelas. Tidak salah juga jika mereka menganggap diri kita adalah “sok suci’. Saya pun pernah mengalami demikian.
Saya pun sepaham, jika dalam Islam tidak memperbolehkan pacaran dan membuka aurat. Maka, jika menurut kamu mereka belum berpakaian secara benar dan melakukan pacaran, seharusnya mendo’akan. Memang sih ada niat bagusnya untuk berdakwah, namun cara nya perlu diperbaiki. Coba lihat masa lalumu sebelum berhijrah, bukannya gak beda jauh dengan mereka? Apakah orang yang mendakwahimu menggunakan cara-cara yang demikian? Bukankah ada orang yang tak pernah lelah menasehatimu hingga akhirnya kamu memutuskan untuk berhijrah, memperbaiki masa lalumu? Dan bukankah akan membahayakan diri jika merasa sudah menjadi manusia yang baik?
.
.
.
Dear,
Saya tidak akan menyalahkan Islam. Sebab, sejatinya Islam tidak mengajarkan kita untuk menjudge, tidak mengajarkan kebencian. Saya juga tidak akan menyalahkan seorang yang berhijrah, sebab hijrah pun sebuah keharusan. Saya juga tidak akan menyalahkan dakwah, sebab dakwah adalah sebuah kewajiban, sebuah bentuk kecintaan. Namun, untuk berdakwah perlu cara yang tepat. Apakah Rasulullah jika mendakwahi seseorang tidak menggunakan strategi? Tentu menggunakan. Biar gak asal-asalan, dan mudah diterima. Rasulullah berdakwah menggunakan startegi saja masih banyak yang tidak menerima, apalagi jika dakwahnya dengan cara menghakimi seseorang?
.
.
Dear,
Maka mulailah mendakwahi dengan akal-pikiran. Dengan membuka cara pandang mereka secara perlahan. Karena tidak semua orang langsung menerima dakwah kita, ada juga yang membutuhkan proses panjang untuk menerima. Kenalilah mereka untuk mendakwahi. Dan jangan melepaskan doa-doa untuk mereka yang belum berhijrah. Bisa jadi mereka yang kamu judge dengan dakwahmu, menjadi manusia yang paling taat kepada Rabb nya. Sebab, hanya Allah yang mampu membolak-balikkan hati seseorang. Semoga yang sudah berhijrah, tetap istiqomah, tidak merasa suci dan menganggap yang lain berdosa. Yang belum berhijrah, mudah-mudahan Allah memudahkan jalan untukmu. Selamat berproses dan mari mendoakan satu sama lain, agar diri menjadi tenang. Salam ukhuwah...
Saudarimu: Eli Krisnawati, Teknik Informatika, 2C.
Comments
Post a Comment