Ayah :)
Ayah, di tanah rantau aku merindumu
"My dad, you’re a great actor but you’re a better father." (Angelina Jolie)
Namaku Eli Krisnawati,
seorang gadis yang berasal dari kota Brebes. Aku ingin menceritakan sedikit
tentang rasa cinta, rasa kagumku pada
ayahku.
Ayah adalah lelaki terhebat dalam hidupku.
Bahkan, ia adalah orang yang pertama kali
rela mengorbankan sesuatu untukku. Aku,
seorang anak perempuan yang paling dekat dengannya. Aku pula anak yang paling
manja dengannya. Aku masih ingat ketika aku kecil dahulu, ayah sering mengajakku jalan-jalan
menggunakan sepeda tua miliknya.
Ayah adalah orang yang pertama
kali ada ketika aku sakit. Ia senantiasa disiku. Bahkan, setiap aku sakit ia
sangat memanjakanku. Ia selalu menemaniku hingga kesehatanku pulih kembali. Memang, thypus ku sudah parah. Luar biasanya, ia rela tidak bekerja hanya
untuk memastikan aku minum obat atau tidak. Memang, aku orang yang paling tidak suka minum
obat, kecuali ada perintah dari ayahku.
Aku ingat sekali kalimat yang selalu ia katakan padaku,
"Nak, kamu adalah harta buat ayah. Bahkan sebesar apapun
gaji ayah di tempat kerja, itu tidak
akan berarti. Kamu anak krsayangan ayah. Jangan tinggalkan ayah ya, Nak. Ayah ingin ditemanimu sampai tua bahkan
sampai Tuhan mencabut nyawa ayah. Nak,
andaikan Tuhan mengijinkan sakitmu digantikan oleh ayah, ayah akan siap. Sehat terus ya anakku. Ayah
akan menemanmu sampai kamu sembuh."
Tak hanya itu, ayah juga orang yang selalu menyiapkan
makanan maupun minuman untukku ketika aku akan berangkat ke sekolah.
Bahkan, ia rela bangun pagi hanya untuk
memasak makanan kesukaanku. Dan ketika aku bangun tidur pun, ia tersenyum tak lupa memujiku dan
berkata, "Anak ayah sudah bangun.
Ayah masakin makanan kesukaanmu lho, Nak. Sebelum berangkat ke sekolah, makan dulu ya biar tak sakit. Mau ayah buatkan
minuman apa? Susu cokelat, teh
manis, atau energ*en? Kamu mandi dulu, lalu sarapan. Anak ayah yang paling pintar.
"
Ketika aku lulus SMA, aku mendapat beasiswa D3 perpajakan di salah
satu perguruan tinggi yang ada di Jakarta. Namun, ayah tak mengijinkanku untuk kuliah jurusan perpajakan.
Salah satu alasannya adalah bahwa ia sangat takut jika nanti aku bekerja di
perpajakan. Katanya, "Bukan tak apa,
namun ayah takut jika nanti kamu berubah menjadi orang yang tak jujur.
" Ayahku memang selalu berpesan padaku untuk menjadi pribadi yang jujur.
Aku pun memutuskan untuk menunda kuliah dan memilih bekerja. Seperti
biasa, ia tak lupa untuk memberiku perhatian.
Bahkan, setiap hari ia menungguku pulang
kerja di depan rumah. Ketika aku sampai rumah,
ia berkata padaku, "Alhamdulillah anak ayah pulang dengan selamat.
Makan dulu ya, Nak, ayah sudah membelikanmu sate madura." Ia pun mencium
kedua pipiku.
Sekarang, aku memutuskan bekerja di kota orang pada
Januari 2017. Seperti kita ketahui bahwa mencari pekerjaan tak mudah, apalagi di ibukota yang persaingannya ketat.
Namun, ayah selalu memberiku suport agar
aku tak menyerah dan mudah putus asa. Semangat darinya membuatku berani ambil
resiko, tapi salah satu kesedihannya adalah aku tak dekat dengan ayah, meski komunikasi via telepon pun selalu
dilakukan setiap minggu. Disini aku harus
mengurus semuanya sendiri. Mulai dari makan,
sakit, dan sebagainya. Sesungguhnya, aku rindu ketika makanan disiapkan olehnya, sakit ditemani olehnya. Ayah, aku rindu padamu. Apalagi ketika kau memperlakukanku
dengan manja. Ayah, aku menyadari bahwa
jauh darimu membuatku merana. Ayah, jika
kelak aku menjadi orang tua, aku ingin
menjadi orang tua sepertimu yang senantiasa memberikan kasih cinta pada
anaknya. Tuhan, aku mohon jaga dan lindungi ayahku disana. Aku sangat
mencintainya. Ayah, percayalah, bahwa
kau adalah cinta pertama dalam hidupku. Kau takkan tergantikan. Ayah, aku ingin melakukan apa yang telah kau
lakukan padaku. Ketahuilah, aku bangga
dan bahagia karena dicintai olehmu.
Comments
Post a Comment