Tentang Menikah - Pengalaman


Tentang Menikah
Penulis: Eli Krisnawati


Dari pengalaman melalui apa yang aku lihat dari sekitarku dan juga apa yang mereka ceritakan tentang kehidupannya setelah menikah. Aku mengambil kesimpulan bahwa menikah itu mudah, tapi menjalaninya yang sulit. 

Menikah itu bukan perkara 'yang penting sah' tapi ada tanggungjawab setelahnya. Apalagi perkara 'menghindari zina'. Kalau menghindari zina itu gak harus dengan menikah. Memang setelah menikah, benar-benar tak berzina?
Menikah itu bukan sekadar, 'Allah akan melancarkan rezeki orang yang menikah'. Iya betul, tapi bukankah rezeki perlu dijemput dulu? Kalau masih malas-malasan, pikir dulu deh.

Menikah itu..
Bukan sekedar cinta, terus menikah. Tapi perlu juga menyatukan visi misi. Berapa banyak sih yang mengalami pertengkaran karena beda visi misi hingga mengalami perceraian? Disinilah pentingnya sebelum menikah, tanyakan dulu pada pasangan. 
Ingin seperti apa kehidupan setelah menikah. Siapa yang akan mendidik dan merawat anak. Boleh berkarier atau tidak setelah anak lahir. Atau, menunda karier dulu untuk memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak. Siapa yang akan mengurus rumah, menggunakan jasa ART atau dilakukan berdua. Siapa yang mengelola keuangan. Berapa.persen suami atau istri boleh memegang gaji: untuk kebutuhan bersama teman. Boleh gak mengikuti acara reuni atau sekedar berkumpul dengan teman-temannya. Bukannya menikah seharusnya tak melarang pergaulan dengan teman-temannya? Itu juga sebagai pengganti rasa rindu, bukan?
Seharusnya pertanyaan seperti ini diajukan diawal, sehingga sudah siap ketika sudah resmi menjadi pasangan yang sah. 

Menikah itu..
Bukan sekedar cinta, terus menikah. Tapi perlu juga persiapan keuangan. Berapa banyak kasus yang mengalami perceraian karena ekonomi? Siapa sih yang gak butuh uang untuk menunjang kehidupan? Pendidikan anak itu gak gratis. Masuk toilet aja bayar. Persiapan keuangan ini penting. Kebutuhan pokok semkain hari semakin mahal. Gak mau kan dapat gizi yang gak cukup? Jangan sampai anak yang dijadikan sebagai pelampiasan. Misalnya: anak disuruh bekerja dibawah umur. Di sekelilingku, kasus karena ekonomi menimbulkan cek cok, dan berujung pada perceraian. Jika sudah bercerai, bagaimana kondisi mental anak? 

Menikah itu..
Bukan sekedar cinta, tapi tanggungjawab bersama. Berhenti untuk individualis. Kamu sudah tak hidup sendiri, kamu sudah bersama pasangan. Mau gak berbagi tanggungjawab? Misal: ketika kamu menyusui, suami menyapu. 

Menikah itu gak seindah acara televisi. Menikah sah bahagia. Gak gitu kisanak! Menikah lebih banyak susahnya. Kamu juga harus rela meluangkan waktumu untuk bermain bersama anak, menemani suami. Bangun lebih pagi untuk menyiapkan makanan. Sudah rela melakukan ini belum?

Jangan ngebayangin nikah yang asik-asiknya aja deh. Apalagi termakan omongan nikah muda untuk menghindari zina. Gak salah kok menikah muda. Tapi coba lihat, mereka menikah muda karena keluarganya kaya atau tidak? Kalau kamu hidup biasa-biasa aja, kerja belum pasti, tunda dulu gak ada salahnya kok. 

Menikah, jika untuk sekedar ingin, semua orang bisa. Tapi gak semua orang siap.menikah. ingat ya, siap. Bukan ingin. 

Aku menulis ini berdasarkan pengalaman saja. Entah dari dalam keluargaku sendiri, maupun lingkunganku dan cerita dari yang lain.

Comments

Popular Posts