Sedikit tentang bapak
Bapakku Hebat!
By Eli Krisnawati
"Tulisan ini aku tentang lelaki hebatku. Dan dia adalah bapakku."
“No one in this world can love a girl more than her father.” – Michael Ratnadeepak
“No one in this world can love a girl more than her father.” – Michael Ratnadeepak
Buatku, bapak adalah sosok yang luar biasa. Sosok yang tak tergantikan. Seringkali, aku berfikir memiliki pasangan yang karakternya tidak beda jauh dari bapak.
Sejak kecil, aku sangat dekat dengannya. Bahkan, aku sering sengaja tidur di lantai agar bapak yang memindahkanku ke kasur. Aku merasakan bagaimana ketulusan bapak, apalagi memelukku dengan penuh kehangatan kasih sayang.
Sejak kecil pula, dan setiap hari libur tiba. Bapak selalu mengajakku bersepeda. Bermain bola. Hehe, aku memang suka bola sejak kecil. Tapi kalo ditanya siapa pemain favoritku, aku tidak bisa menjawab, he.
Aku juga sering diajak bapak ke sawah saat kecil, menanam apapun yang aku suka. Bapak membiarkan aku untuk bebas berekspresi. Melakukan apapun yang aku sukai.
Bapakku juga sosok yang open minded. Meskipun bapakku hanya lulusan Sekolah Rakyat (SR), tapi aku rasa, bapakku memiliki pengetahuan yang lebih luas dariku. Bapak kadang suka bahas sejarah, bahas otomotif, bahas kesehatan sejak aku kecil. Padahal aku ga ngerti.
Makanya, sejak aku kecil aku tidak boleh menonton tv dengan sembarang channel. Harus nonton yang banyak manfaat di dalam nya. Itulah kenapa aku sampai hari ini kurang tahu informasi tentang nama seleb, judul sinetron, apalagi gosip artis. Dari kecil, kalo bapak lihat aku nonton di channel FTV aja langsung diganti. Efeknya sampai sekarang sih, jadi males nonton tv yang acaranya unfaedah juga.
Bapak juga menjadi tempat keluh kesahku. Bapak selalu bersedia menjadi pendengar yang baik. Siap menerima curhatanku. Makanya, setiap kali aku pulang sekolah, hal pertama yang aku tanyakan, "Bapak mana?"
Jujur saja, aku bahagia menceritakan masalahku dengan bapak dan hanya dengan bapak. Saran yang seringkali disampaikan, serius tapi santai. Sense of humor nya berasa banget. Bapakku memang cukup humoris sih, hehe. Makanya, aku gak pernah bosen ngobrol sama bapak. Apalagi kalo lagi kesepian, deketin bapak. Biar bisa kehibur.
Kalau pergi kemana pun dan perlu diantar, aku selalu diberi pilihan, "Mau dianter bapak, atau diantar mas aja?"
Aku pasti akan menjawab, "Sama bapak aja."
Tapi karena sekarang aku sudah bisa kemana-mana sendiri, jadi ya gak dianter lagi.
Kalau menjemput pun, bapak memiliki habbit, "Makan bareng yuk, Nak. Mau makan apa? Terserah kamu aja ya. Bapak belum makan nih, laper. Sengaja biar makan bareng putri kesayangan bapak."
Bapak bisa aja deh, hehe. Aku pun, sering gak makan dulu kalau mau dijemput bapak. Sengaja, biar makan bareng, hehe. Kita sering makan berdua. Kadang, kalo aku beli nasi goreng pun, pasti mintanya barengan sama bapak.
Setiap aku sakit pun, bapak yang selalu menemaniku. Bapak selalu memperhatikan hal kecil. Apalagi soal kesehatan. Buat bapak, kesehatan itu wajib dijaga. Jika ada sesuatu yang terjadi pada tubuhku pun, bapak bersegera membuat ramuan. Dari dulu, bapak lebih suka membuat ramuan herbal sendiri sih. Keren. Aku SMA IPA aja belum bisa buat ramuan sendiri, wks.
Seringkali bapak datang ke kamarku, dan mengatakan, "Anak bapak sudah dewasa. Semoga selalu bahagia ya, Nak"
Sejak kecil juga, bapak sudah menanyakan mimpiku. Ingin menjadi apa dan sekolah dimana.
Aku dulu berambisi menjadi dokter spesialis jantung. Padahal biologi aja selalu remidi, hehe.
Tapi yang paling aku sukai dari bapak. Bapak menanyakan alasan mengapa aku ingin menjadi dokter. Dan kalo misalkan aku ga jadi dokter, apa yang bakal aku lakuin?
Jika tidak menjadi dokter, aku akan menerima dengan lapang dada. Dan aku punya opsi lain yang aku ajukan ke bapak. Dan sepertinya bapak lebih meridhoi opsi ku yang kedua. Pada akhirnya juga, aku ga bisa masuk fakultas kedokteran. Mungkin, bapak juga tahu kemampuanku dimana. Walaupun bapak berusaha untuk mendukung apapun mimpiku.
Bapak memang realistis. Tapi gengsi-nya tinggi. Gengsi dalam arti, misalkan: Malu jadi pemgangguran, malu gak punya ilmu. Gengsi yang keren sih menurutku.
Aku pun selalu diberi pilihan dan belajar mengambil keputusan sendiri. Dengan mempertimbangkan sesuatu yang akan terjadi ke depan. Sehingga, dari aku kelas empat SD, aku disarankan menulis mimpiku dan rencana secara realistis, dengan melibatkan kemampuan.
Aku tidak punya bamyak mimpi sih, hehe. Tapi aku yakin dengan dukungan orang tua, Allah akan memudahkan jalanku dengan mimpiku yang sedikit itu. Tidak punya banyak rencana juga.
Dan buat bapak, pendidikan itu nomor satu. Silsilah keluarga bapak memang mengutamakan pendidikan sih, dari pada materi semata. Bahkan, selalu memberikan pilihan sekolah terbaik. Buat bapak, meskipun kualitas tetap pada anak, tetapi tempat menuntut ilmu juga memiliki pengaruh. Reputasi itu penting. Kalau sekolah itu favorit, berarti kualitasnya bagus. Dan mahal sedikit gapapa. Bapak percaya, karakteristik anak tidak lepas dari lingkungan, dan semakin bagus kualitas sekolahnya, kemampuan anak berfikir juga beda. Ini pandangan bapakku.
Bapak juga mengajari aku agar suka membaca. Itu mengapa, waktu aku kecil sering dibelikan buku. Karena buatku dulu buku bacaan itu ga penting, ya cuma di sobek-sobek. Untuk membuat perahu kertas, hehe. Tapi pas udah gede, nyesel pernah nglakuin itu. Tapi sekarang sedang belajar untuk membaca buku apapun sih, hehe. Bapak juga memberi contoh, membaca.
Kata bapak, "Kalau mau bicara itu harus punya ilmu. Dan karena masih bodoh, jadi harus banyak membaca."
Makanya, sejak aku suka membaca buku, bapak paling bahagia. Bahkan, semahal apapun bukunya pasti akan diusahakan biar bisa dibeli. Sampai waktu itu bilang, "Bapak lebih suka uang bapak buat beli bukumu." Waah keren bapakku.
Bapak juga mengajari kebersihan. Misalkan: Kalo habis makan, piring langsung dicuci, jangan dibiarkan menumpuk, gak enak dilihatnya. Bapak pasti mencontohkan lebih dulu. Tapi aku lebih suka menumpuk dulu. Dasar aku.
Bapak itu kalo menyuruh anak, pasti mencontohkan lebih dulu. Meskipun beliau laki-laki, tapi juga rajin membantu pekerjaan rumah.
Tidak hanya sekedar bicara, tapi bertindak.
Bapak juga mengajari aku untuk menjadi orang yang dipercaya. Alhamdulillah, Bapakku bukan tipe orang tua yang mengekang, tapi lebih ke tegas. Bapak memberiku kepercayaan. Misalnya: Aku mau main ke tetangga, ya aku harus main ke tetangga. Gak boleh ke tempat lain. Karena bapak meminta, agar menjaga kepercayaamnya. Padahal aku waktu itu masih SD, tapi aku udah dituntut belajar menjaga kepercayaan. Selain itu, bapak juga menyarankan untuk sekali-kali memberikan kepercayaan kita ke orang lain.
Bapak juga orang yang suka berkelana. Katanya, diantara enam anaknya hanya aku yang seperti bapak. Suka traveling. Dan berani pergi jauh sendirian tanpa diantar.
Uniknya lagi, bapak suka koleksi topi. Aku juga iya. Tapi sekarang sih udah ga koleksi lagi.
Bapak juga bilang, kalo ga butuh-butuh banget, jangan beli. Jadi, kalo menginginkan sesuatu harus lihat kebutuhan dulu.
Soal cinta, bapak itu lelaki yang setia. Bahkan bapak sendiri yang menyuruhku untuk memperjuangkan seseorang yang akan diperjuangkan. Soalnya bapak sendiri yang memperjuangkan cinta ke ibu hingga akhirnya menikah.
Bapak tidak hanya menjadi orang tua, tetapi menjadi sahabat.
Bapak pun selalu memberikan aura positif, sehingga aku lebih bersemangat dengan jalan hidupku.
Dan dari empat anak perempuan bapakku, hanya aku anak yang paling dekat dengannya. Berani bermanja dengannya, tapi gak berani bermanja dengan kakak lelakiku. Hanya dengan bapak saja. Meskipun begitu, bapak selalu mendidikku agar menjadi perempuan yang mandiri, cerdas, memiliki prinsip hidup, dan ber-attitude.
Perempuan yang mandiri,
Meskipun sejak kecil aku manja dengan bapak. Namun, bapak selalu mendidikku untuk menjadi perempuan yang mandiri. Tidak mengandalkan orang lain, kalo bisa dilakukan sendiri, kenapa harus merepotkan orang lain? Kecuali kalo kita bener-bener udah gak bisa.
Bapak mengajarkan kemandirian, melalui contoh yang diberikan. Misalkan: Nyuci baju. Kalo bajunya sendiri, ya cuci sendiri. Jangan nyuruh kakak.
Itu sebabnya, sejak aku kelas 2 SD, aku harus mencuci baju sendiri, nyetrika sendiri. Walaupun nyucinya masih belum bersih.
Selain itu, diajarkan menabung dan mengelola pengeluaran sendiri. Hmm, udah kaya bendahara aja.
Cerdas,
Kata bapak, "Gak cantik gapapa, tapi harus punya pengetahuan yang luas untuk menjadi cantik."
Bapak selalu menyuruhku untuk membaca, membaca, dan membaca. Apapun itu. Kata bapak, perempuan yang cerdas itu lebih dicari laki-laki yang cerdas pula. Dan melalui membaca, akan membuat otak bekerja.
Tapi sampai sekarang, aku masih merasa bodoh sih. Ternyata ilmu Allah itu luas. Banyak hal yang belum aku tahu.
Memiliki prinsip atau pendirian,
Bapak sering bilang, 'Hidup itu harus punya prinsip, biar gak gampang terpengaruh orang lain." Ya memang benar. Jadi mau bergaul sama siapapun, harus tetap bertahan pada prinsip. Karena hidup itu harus jelas tujuannya.
Misalnya: Bapak gak pernah ngelarang aku bergaul sama siapapun, sama preman juga boleh. Anak punk juga boleh, tapi untuk dipelajari. Bukan terbawa arus. Setidaknya, jika belum bisa membawa orang lain menjadi baik, jangan menjadi buruk.
Bapak suka membuat singkatan tapi bermakna, misalkan: 3T: Tata, Tertib, Tekun. Katanya, agar kita bisa menghargai diri sendiri dan orang lain. Dan banyak singkatan lainnya yang mengandung makna.
Ber-attitude,
Kata bapak, "Attide itu akan lebih diterima dari pada cuma pinter aja." Attitude sangat penting untuk kehidupan. Terutama menghargai orang lain. Jika kita memiliki attitude yang baik, maka orang akan menghargai kita. Dan harus menjadi contoh orang lain.
Etika yang selalu bapak ajarkan dan prioritas adalah kejujuran. Bagi bapak, hidup pas-pasan dengan kejujuran lebih baik, dari pada kaya tapi dengan kebohongan.
Siapa juga sih yang mau dibohongi? Dibohongi kan memang tidak enak. Makanya, bapak selalu menetapkan jujur itu nomor satu dan lebih penting dari apapun.
Waktu kecil, aku pernah berbohong, dan aku diintrogasi. Deg-degan. Tapi sejak itu, aku belajar menjadi orang yang jujur.
Aku juga diajarkan untuk tidak memgambil sesuatu yang bukan miliknya tanpa ijin. Misalnya: Aku dulu pernah ngambil uang Rp 500 di meja tamu buat beli permen, dan gak ijin. Pulang dari warung, malah kena marah. Kata bapak, "Jangankan Rp 500, ngambil satu rupiah tanpa ijin aja bakal dimarahin." Bapak juga bilang, suka manaruh uang di meja untuk mengetes kejujuran anak-anaknya. Makanya, aku sering juga naruh uang di meja juga, kadang di saku jaket baju dan lain-lain, untuk melakukan yang sama. Tes kejujuran, hehe.
Sampai, aku lolos D3 perpajakan dengan beasiswa pun, bapak tidak mengijinkan. Karena takut, iman lemah dan terbawa untuk mengambil uang yang bukan haknya. Padahal kuliah juga belum, hehe. Dan kata bapak, orang jujur di dunia ini sangat sedikit dan aku harus menjadi salah satunya.
Dan bapak menyuruh untuk mengucapkan: Maaf, Tolong, Terimakasih, dan Permisi.
Maaf, meskipun tidak sepenuhnya salah kita, tapi meminta maaf lebih dulu itu lebih baik. Selain itu, agar hubungan sesama manusia tetap baik.
Tolong dan terimakasih, Jika kita butuh bantuan seseorang jangan lupa mengucapkan dua kata itu. Agar orang lebih merasa dihargai. Bapak juga bilang, "Enakan mana kalimat: Ambilin dong, sama tolong ambilin ini ya." dan "Coba kalo kamu dimintai bantuan orang lain dan orang itu gak ngucapin terimakasih ke kamu, perasaanmu gimana?"
Permisi, meskipun terlihat spele. Tapi kata ini juga penting. Kalo dijalan banyak orang dan mau lewat, wajib bilang permisi. Belajar rendah hati.
Satu lagi, bapak selalu bilang, "Kalo kita tahu ilmunya, jangan pelit berbagi. Biar bermanfaat."
Itu yang bapak ajarkan. Tidak hanya sekadar mengajarkan, namun membuat aku berpikir. Dan ajaran bapak yang diterapkan ke aku sejak kecil, Alhamdulillah masih berlaku sampai hari ini. Aku pun sedang belajar.
Bapak memang sosok yang luar biasa. Meskipun bapak tidak melahirkan, tapi aku merasakan kepeduliannya. I'm so proud.
Tidak hanya sekedar biacara, namun mencontohkan.
Tidak sekedar bermimpi, namun berani action.
And one of the greatest gifts I've ever gotten came from God. I call him daddy.
And one of the greatest gifts I've ever gotten came from God. I call him daddy.
Dan aku dapat menyimpulkan bahwa pribadi seseorang terbentuk dari lingkungan dan habit yang baik.
Terimakasih bapak untuk pengajaranmu selama ini. Tentunya, sampai hari ini aku tidak bisa lepas dari peranmu. Terimakasih untuk hidup yang sangat berarti ini. Semoga, jika aku sudah menjadi orang tua, aku bisa melakukan sepertimu. Bisa manjadi contoh untuk anak-anaknya.
Semoga bapak selalu diberi kesehatan, umur yang panjang, agar bapak bisa bahagia dengan impian yang aku capai. Terimakasih juga untuk segala bentuk dukunganmu ya, pak.
Jika dulu, bapak yang merawatku. Maka aku pun ingin merawat bapak. Do'akan agar nanti aku mendapatkan pasangan yang mengijinkanku untuk merawat bapak ya.
Aku mendapat pendidikan pertama dari bapak. Bapak memang Hebat! Aku sayang bapak. I'm so proud.
Comments
Post a Comment