Latihan Nulis Feature




Penulis : Eli Krisnawati
Mutmainnah dan Tarjo,
Kesadaran untuk menghafal al-qur’an bagi diri dan keluarga nya sangatlah penting.  Sehingga ia harus memperjuangkankan Daffa anak  semata wayangnya untuk menjadi penghafal Al-qur’an. Tak peduli pengorbanan yang harus ia lakukan dalam membiayai anaknya untuk memasukkan  ke pesantren. Meski hanya berprofesi sebagai penjual bubur ayam di sekitar pasar Cililitan, Jakarta Timur.
Mutmainnah dan Tarjo  hanyalah orang tua yang lulusan SD, namun mereka memiliki harapan yang sangat besar untuk anak  semata wayangnya yaitu hidup di pesantren. Meski tahu konsekuensinya hanya akan bertemu beberapa kali dalam setahun. Meski tahu, harus menahan rindu pada anaknya.
Sejak tahun 2015, Daffa mulai masuk ke pesntren di salah satu kota Cirebon dan sambil sekolah (MAN)  disana. Bermodalkan dari hasil berjualan bubur keliling oleh orang tuanya.  Sebab, mereka memiliki harapan yang sangat mulia untuk anaknya agar hidup di pesantren dan menjadi penghafal Al-qur’an. Meski uang yang dikumpulkan untuk masuk pesantren anaknya sudah 10 tahun.
“Saya hanya lulusan SD, dan hanya berprofesi sebagai tukang bubur. Tapi saya tidak ingin Daffa seperti saya, yang buta akan agama. Sebab itu, saya sangat berharap daffa akan menjadi  anak yang sholeh, menjadi penghafal Al-qur’an, lalu membagikan dan mengajarkan ilmunya  pada kami dan  orang  lain.” Ujar Tarjo, pada Rabu, 24 Oktober 2018. 
Bagi mereka, menjadi penjual bubur ayam pun tidaklah mudah. Sebab, banyak saingan disana. Sehingga mereka harus memikirkan bagaimana agar banyak peminat bubur yang dijualnya. Dan mereka rela bangun jam 2 pagi untuk mempersiapkan dagangannya.
Dan untuk mereka sendiri tidak tinggal di lingkugan yang agamis. Namun, ada motivasi sendiri bagi mereka agar keluarga nya menjadi keluarga  yang taat pada Allah dan  bernilai di mata-Nya. Salah satunya dengan tidak meninggalkan sholat 5 waktu.  Harapan untuk anaknya pun terwujud. Pada bulan Juni, 2018 Daffa kembali pulang kampung dan sudah hafal sebanyak 12 Juz al-qur’ann. Tak kalah, orang tua nya pun sudah hafal 3 Juz-Al-qur’an meski usia mereka sudah 40 tahunan dan di sela-sela kesibukan jualan bubur ayam nya.
“Kami sebagai orang tua nya pun memiliki tekad yang kuat untuk menghafal al-qur’an. Pun ingin memiliki anak yang sholeh, dan penghafal al-qur’an pula.  Meski kami baru hafal di usia yang sudah tua, tapi itu tidak menghalangi semangat kami. Dan kami lebih bersyukur, karena Allah menemukan kami dengan orang-orang yang mendekatkan diri kepada-Nya dan mereka adalah penghafal al-qur’an. Kami berguru dengan mereka. Setiap seminggu sekali datang ke kajian dan menyetorkan hafalannya. Dan sebelum itu, kami mendengarkan murrotal yang kemudian nanti gantian hafalan antara saya dan suami. Jika suami yang  menghafal, maka saya yang mengoreksi kesalahannya, begitu pun sebaliknya. Alhamdulillah, harapan untuk menjadi keluarga penghafal al-qur’an pun mulai tercapai.  Dan semoga keluarga kami di ridhoi serta bersama di syurga-Nya. Insha Allah, Aamiin.” Ujar Mutmainnah saat ditanya tips hafalan, pada  Rabu, 24 Oktober 2018.
Di akhir ceritanya, ia berpesan terutama untuk para pemuda agar memiliki semangat yang tinggi dalam menghafal al-qur’an dan mengkaji lebih dalam. Sebab, usia muda adalah usia yang masih mudah untuk mengingat hafalan. Dan  menjadi manusia yang memprioritaskan Allah SWT dalam segala hal. Serta menjadi insan yang bermanfaat dengan membagikan ilmu yang dimiliki.

Comments

Popular Posts